Akibat mengkritik kepala desa di media sosial, Markum dipecat dari pekerjaannya dan terpaksa menjadi pengemudi taksi daring. Kecewa dengan ketidakadilan yang dialaminya, Markum mengadukannya kepada Tuhan. Namun, alih-alih mendapatkan keadilan, ia justru mendapatkan kemampuan untuk mendengar dan melihat dengan jelas berbagai macam doa yang dipanjatkan orang-orang di sekitarnya. Ia jadi hafal doa-doa yang dipanjatkan ibunya setiap hari, bahkan doa wanita yang disukainya. Lama-kelamaan, Markum merasa terusik, karena sibuk mendengar doa orang lain, ia jadi tidak bisa berkonsentrasi untuk berdoa bagi dirinya sendiri.
